watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Malam Pertama ku

“..Saya terima nikahnya..”,
Masih terbayang dalam ingatanku perasaan
bahagia dan lega saat selesai mengucapkan ijab
kabul di muka penghulu tadi pagi. Bahagia
karena berhasil menyunting gadis yang kucintai,
lega karena telah berhasil melewati cobaan dan
rintangan yang sangat berat selama hampir
sepuluh tahun hubungan kami.
Wangi melati harum semerbak sampai ke setiap
sudut kamar pengantin yang dihias berwarna
dominan merah jambu. Dan, di sisiku terbaring
gadis yang amat sangat kucintai, berbalut daster
tipis yang juga berwarna merah jambu. Matanya
yang indah dan bening menatapku penuh rasa
cinta, sementara jemarinya yang halus
membelai lembut tanganku yang sedang
memeluknya. Kulitnya tidak terlalu putih, tetapi
halus dan mulus. Dia, yang kukenal saat sama-
sama duduk di bangku kuliah, yang menjadi
incaran para pemuda di kampus, sekarang telah
resmi menjadi istriku.
Malam ini adalah malam pertama kami sah untuk
sekamar dan seranjang. Tidak ada lagi rasa takut
atau khawatir dipergoki orang, tidak ada lagi rasa
terburu-buru, dan juga tidak ada lagi rasa
berdosa seperti yang kami rasakan dan alami
selama berpacaran. Masa pacaran kami memang
tidak terlalu “bersih”, saling cium, saling raba
bahkan sampai ke tingkat Heavy Petting sering
kami lakukan. Tapi, dengan penuh rasa sayang
dan tanggungjawab, aku berhasil
mempertahankan kesuciannya sampai saat ini.
Aku bangga akan hal itu.
Suasana yang romantis ditambah dengan
sejuknya hembusan AC sungguh
membangkitkan nafsu. Kupeluk dia, kukecup
keningnya lalu kuajak dia untuk berdoa pada
Yang Maha Kuasa seperti pesan mertua laki-
lakiku tadi. Andaikan apa yang kami lakukan
malam ini menumbuhkan benih dalam rahim,
lindungi dan hindarilah dia dari godaan setan
yang terkutuk.
Dari kening, ciumanku turun ke alis matanya
yang hitam lebat teratur, ke hidung dan sampai
ke bibirnya. Ciuman kami semakin lama semakin
bergelora, dua lidah saling berkait diikuti dengan
desahan nafas yang semakin memburu.
Tanganku yang tadinya memeluk punggungnya,
mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke
payudaranya yang cukup besar. Sungguh pintar
dia ini memilih daster yang berkancing di depan
dan hanya 4 buah, mudah bagi tanganku untuk
membukanya tanpa harus melihat. Tidak lama
kemudian kaitan BH-nya berhasil dilepaskan oleh
tanganku yang sudah cukup terlatih ini. Kedua
bukit kembar dengan puncaknya yang coklat
kemerahan tersembul dengan sangat indah.
Daster dan BH itupun segera terlempar ke lantai.
Sementara itu, dia juga telah berhasil membuka
kancing piyamaku, melepas singlet dan juga
celana panjangku. Hanya tinggal celana dalam
masing-masing yang masih memisahkan tubuh
telanjang kami berdua.
Kulepaskan ciumanku dari bibirnya, menjalar ke
arah telinga, lalu kubisikkan kata-kata cinta
padanya. Dia tersenyum dan menatapku sambil
berkata bahwa dia juga amat mencintaiku.
Kulanjutkan ciumanku ke lehernya, turun ke
dadanya, lalu dengan amat perlahan, dengan
lidah kudaki bukit indah itu sampai ke
puncaknya. Kujilati dan kukulum puting susunya
yang sudah mengacung keras. dia mulai
mendesah dan meracau tidak jelas. Sempat
kulihat matanya terpejam dan bibirnya yang
merah indah itu sedikit merekah. Sungguh
merangsang. Tanganku mengelus, meremas
dan memilin puting di puncak bukit satunya lagi.
Aku tidak ingin buru-buru, aku ingin menikmati
detik demi detik yang indah ini secara perlahan.
Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi
dengan ciuman ke bibirnya lagi, membuatnya
mulai berkeringat. Tangannya semakin liar
mengacak-acak rambutku, bahkan kadang-
kadang menarik dan menjambaknya, yang
membuat nafsuku semakin bergelora.
Dengan berbaring menyamping berhadapan,
kulepaskan celana dalamnya. Satu-satunya kain
yang masih tersisa. Perlakuan yang sama
kuterima darinya, membuat kemaluanku yang
sudah sedemikian kerasnya mengacung gagah.
Kubelai kakinya sejauh tanganku bisa
menjangkau, perlahan naik ke paha. Berputar-
putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sekali-
sekali seakan tidak sengaja menyentuh
gundukan berbulu yang tidak terlalu lebat tapi
terawat teratur. Sementara dia rupanya sudah
tidak sabar, dibelai dan digenggamnya
kemaluanku, digerakkan tangannya maju
mundur. Nikmat sekali. Walaupun hal itu sudah
sering kurasakan dalam kencan-kencan liar kami
selama berpacaran, tetapi kali ini rasanya lain.
Pikiran dan konsentrasiku tidak lagi terpecah.
Melalui paha sebelah dalam, perlahan tanganku
naik ke atas, menuju ke kemaluannya. Begitu
tersentuh, desahan nafasnya semakin keras, dan
semakin memburu. Perlahan kubelai rambut
kemaluannya, lalu jari tengahku mulai menguak
ke tengah. Kubelai dan kuputar-putar tonjolan
daging sebesar kacang tanah yang sudah sangat
licin dan basah. Tubuh dia mulai menggelinjang,
pinggulnya bergerak ke kiri-ke kanan, juga ke
atas dan ke bawah. Keringatnya semakin deras
keluar dari tubuhnya yang wangi. Ciumannya
semakin ganas, dan mulai menggigit lidahku
yang masih berada dalam mulutnya. Sementara
tangannya semakin ganas bermain di
kemaluanku, maju-mundur dengan cepat.
Tubuhnya mengejang dan melengkung,
kemudian terhempas ke tempat tidur disertai
erangan panjang. Orgasme yang pertama telah
berhasil kupersembahkan untuknya.
Dipeluknya aku dengan keras sambil berbisik,
“Ohh, nikmat sekali. terima kasih sayang.”
Aku tidak ingin istirahat berlama-lama. Segera
kutindih tubuhnya, lalu dengan perlahan kuciumi
dia dari kening, ke bawah, ke bawah, dan terus
ke bawah. Deru nafasnya kembali terdengar
disertai rintihan panjang begitu lidahku mulai
menguak kewanitaannya. Cairan vagina
ditambah dengan air liurku membuat lubang
hangat itu semakin basah. Kumainkan klitorisnya
dengan lidah, sambil kedua tanganku meremas-
remas pantatnya yang padat berisi. Tangannya
kembali mengacak-acak rambutku, dan sesekali
kukunya yang tidak terlalu panjang menancap di
kepalaku. Ngilu tapi nikmat rasanya. Kepalanya
terangkat lalu terbanting kembali ke atas bantal
menahan kenikmatan yang amat sangat.
Perutnya terlihat naik turun dengan cepat,
sementara kedua kakinya memelukku dengan
kuat.
Beberapa saat kemudian, ditariknya kepalaku,
kemudian diciumnya aku dengan gemas.
Kutatap matanya dalam-dalam sambil meminta
ijin dalam hati untuk menunaikan tugasku
sebagai suami. Tanpa kata, tetapi sampai juga
rupanya. Sambil tersenyum sangat manis,
dianggukkannya kepalanya.
Perlahan, dengan tangan kuarahkan kemaluanku
menuju ke kewanitaannya. Kugosok-gosok
sedikit, kemudian dengan amat perlahan,
kutekan dan kudorong masuk. dia merintih
keras, dan karena mungkin kesakitan, tangannya
mendorong bahuku sehingga tubuhku
terdorong ke bawah. Kulihat ada air mata
meleleh di sudut matanya. Aku tidak tega, aku
kasihan! Kupeluk dan kuciumi dia. Hilang sudah
nafsuku saat itu juga.
Setelah beristirahat beberapa lama, kucoba
memulainya lagi, dan lagi-lagi gagal. Aku sangat
mencintainya sehingga aku tidak tega untuk
menyakitinya.
Malam itu kami tidur berpelukan dengan tubuh
masih telanjang. Dia meminta maaf, dan dengan
tulus dan penuh kerelaan dia kumaafkan. Malam
itu kami berdiskusi mengenai perkosaan. Kalau
hubungan yang didasari oleh kerelaan dan rasa
sayang saja susah, agak tidak masuk diakal bila
seorang wanita diperkosa oleh seorang pria
tanpa membuat wanita itu tidak sadarkan diri.
Bukankah si wanita pasti berontak dengan sekuat
tenaga?
Malam Kedua.
Jam 10 malam kami berdua masuk kamar
bergandengan mesra, diikuti oleh beberapa
pasang mata dan olok-olok Saudara-Saudara
Iparku. Tidak ada rasa jengah atau malu, seperti
yang kami alami pada waktu mata Receptionist
Hotel mengikuti langkah-langkah saat kami
pacaran dulu. Olok-olok dan sindiran-sindiran
yang mengarah dari mulut Saudara-Saudara
Iparku, kutanggapi dengan senang dan bahagia.
Siang tadi, kami berdua membeli buku mengenai
Seks dan Perkimpoian, yang di dalamnya
terdapat gambar anatomi tubuh pria dan wanita.
Sambil berpelukan bersandar di tempat tidur,
kami baca buku itu halaman demi halaman,
terutama yang berkaitan dengan hubungan
Seks. Sampai pada halaman mengenai Anatomi,
kami sepakat untuk membuka baju masing-
masing. Giliran pertama, dia membandingkan
kemaluanku dengan gambar yang ada di buku.
Walau belum disentuh, kemaluanku sudah
menggembung besar dan keras. dia mengelus
dan membolak balik “benda” itu sambil
memperhatikannya dengan seksama. Hampir
saja dia memasukkan dan mengulumnya karena
tidak tahan dan gemas, tapi kutahan dan
kularang. Aku belum mendapat giliran.
Kemudian, kuminta dia berbaring telentang di
tempat tidur, menarik lututnya sambil sedikit
mengangkang. Mulanya dia tidak mau dan malu,
tapi setelah kucium mesra, akhirnya menyerah.
Aku mengambil posisi telungkup di bawahnya,
muka dan mataku persis di atas vaginanya.
Terlihat bagian dalamnya yang merah darah,
sungguh merangsang. Dengan dua jari, kubuka
dan kuperhatikan bagian-bagiannya. Seumur
hidupku, baru kali ini aku melihat kemaluan
seorang wanita dengan jelas. Walaupun sering
melakukan oral, tapi belum pernah melihat
apalagi memerhatikannya karena selalu
kulakukan dengan mata tertutup. Aku baru tahu
bahwa klitoris bentuknya tidak bulat, tetapi agak
memanjang. Aku bisa mengidentifikasi mana
yang disebut Labia Mayor, Labia Minor, Lubang
Kemih, Lubang Senggama, dan yang
membuatku merasa sangat beruntung, aku bisa
melihat apa yang dinamakan Selaput Dara,
benda yang berhasil kujaga utuh selama 10
tahun. Jauh dari bayanganku selama ini. Selaput
itu ternyata tidak bening, tetapi berwarna sama
dengan lainnya, merah darah. Ditengahnya ada
lubang kecil. Sayang aku tidak ingat lagi, seperti
apa bentuk lubang tersebut.
Tidak tahan berlama-lama, segera kulempar
buku itu ke lantai, dan mulai kuciumi kemaluan
dia itu. Kumainkan klitorisnya dengan lidahku
yang basah, hangat dan kasar, hingga membuat
dia kembali mengejang, merintih dan mendesah.
Kedua kakinya menjepit kepalaku dengan erat,
seakan tidak rela untuk melepaskannya lagi.
Kupilin, kusedot, dan kumain-mainkan benda
kecil itu dengan lidah dan mulutku. Berdasarkan
teori-teori yang kuperoleh dari Buku, Majalah
maupun VCD Porno, salah satu pemicu
orgasme wanita adalah klitorisnya. Inilah saatnya
aku mempraktekkan apa yang selama ini hanya
jadi teori semata.
Dia semakin liar, bahkan sampai terduduk
menahan kenikmatan yang amat sangat. Dia lalu
menarik pinggulku, sehingga posisi kami
menjadi berbaring menyamping berhadapan,
tetapi terbalik. Kepalaku berada di depan
kemaluannya, sementara dia dengan rakusnya
telah melahap dan mengulum kemaluanku yang
sudah sangat keras dan besar. Nikmat tiada tara.
Tapi, aku kesulitan untuk melakukan oral
terhadapnya dalam posisi seperti ini. Jadi
kuminta dia telentang di tempat tidur, aku naik ke
atas tubuhnya, tetap dalam posisi terbalik. Kami
pernah beberapa kali melakukan hal yang sama
dulu, tetapi rasa yang ditimbulkan jauh berbeda.
Hampir bobol pertahananku menerima jilatan
dan elusan lidahnya yang hangat dan kasar itu.
Apalagi bila dia memasukkan kemaluanku ke
mulutnya seperti akan menelannya, kemudian
bergumam. Getaran pita suaranya seakan
menggelitik ujung kemaluanku. Bukan main
nikmatnya.
Karena hampir tidak tertahankan lagi, aku segera
mengubah posisi. Muka kami berhadapan,
kembali kutatap matanya yang sangat indah itu.
Kubisikkan bahwa aku sangat menyayanginya,
dan aku juga bertanya apakah kira-kira dia akan
tahan kali ini. Setelah mencium bibirku dengan
gemas, dia memintaku untuk melakukannya
pelan-pelan.
Kutuntun kemaluanku menuju vaginanya.
Berdasarkan gambar dan apa yang telah
kuperhatikan tadi, aku tahu di mana kira-kira letak
Liang Senggamanya. Kucium dia, sambil
kuturunkan pinggulku pelan-pelan. Dia merintih
tertahan, tapi kali ini tangannya tidak lagi
mendorong bahuku. Kuangkat lagi pinggulku
sedikit, sambil bertanya apakah terasa sangat
sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, kutahu
bahwa dia juga sangat menginginkannya.
Setelah kuminta dia untuk menahan sakit sedikit,
dengan perlahan tapi pasti kutekan pinggulku,
kumasukkan kemaluanku itu sedikit demi sedikit.
Kepalanya terangkat ke atas menahan sakit.
Kuhentikan usahaku, sambil kutatap lagi
matanya. Ada titik air mata di sudut matanya,
tetapi sambil tersenyum dia menganggukkan
kepalanya. Kuangkat sedikit, kemudian dengan
sedikit tekanan, kudorong dengan kuat. Dia
mengerang keras sambil menggigit kuat bahuku.
Kelak, bekas gigitan itu baru hilang setelah
beberapa hari. Akhirnya, seluruh batang
kemaluanku berhasil masuk ke dalam lubang
vagina dia tercinta. Aku bangga dan bahagia
telah berhasil melakukan tugasku. Kucium dia
dengan mesra, dan kuseka butir air mata yang
mengalir dari matanya. Dia membuka matanya,
dan aku dapat melihat bahwa dibalik
kesakitannya, dia juga sangat bahagia.
Perlahan kutarik kemaluanku keluar, kutekan lagi,
kutarik lagi, begitu terus berulang-ulang. Setiap
kutekan masuk, dia mendesah, dan kali ini,
bukan lagi suara dari rasa sakit. Kurasa, dia
sudah mulai dapat menikmatinya. Permukaan
lembut dan hangat dalam liang itu seperti
membelai dan mengurut kemaluanku. Rasa
nikmat tiada tara, yang baru kali ini kurasakan.
Aku memang belum pernah bersenggama
dalam arti sesungguhnya sebelum ini. Butir-butir
keringat mulai membasahi tubuh telanjang kami
berdua. Nafsu birahi yang telah lama tertahan
terpuaskan lepas saat ini. Kepala dia mulai
membanting ke kiri dan ke kanan, diiringi rintihan
dan desahan yang membuat nafsuku semakin
bergelora. Tangannya memeluk erat tubuhku,
sambil sekali-sekali kukunya menancap di
punggungku. Desakan demi desakan tidak
tertahankan lagi, dan sambil menancapkan
batang kemaluanku dalam-dalam, kusemburkan
sperma sebanyak-banyaknya ke dalam rahim
dia. Aku kalah kali ini.
Kupeluk dan kuciumi wajah dia yang basah oleh
keringat, sambil berucap terima kasih. Matanya
yang bening indah menatapku bahagia, dan
sambil tersenyum dia berkata, “sama-sama.”
Kutitipkan padanya untuk menjaga baik-baik
anak kami, bila benih itu tumbuh nanti. Kami
baru sadar bahwa kami lupa berdoa
sebelumnya, tapi mudah-mudahan Yang Maha
Esa selalu melindungi benih yang akan tumbuh
itu.
Seprai merah jambu sekarang bernoda darah.
Mungkin karena selaput dara dia cukup tebal,
noda darahnya cukup banyak, hingga
menembus ke kasur. Akan menjadi kenang-
kenangan kami selamanya.
Malam itu kami hampir tidak tidur. Setelah
beristirahat beberapa saat, kami melakukannya
lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang
pasti, pada hubungan yang ke dua setelah
tertembusnya selaput dara itu, aku berhasil
membawa dia orgasme, bahkan lebih dari satu
kali. Aku yang sudah kehilangan banyak sperma,
menjadi sangat kuat dan tahan lama, sehingga
akhirnya dia menyerah kalah dan tergeletak
dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat
sangat.
Saat ini, kami telah memiliki 3 orang anak yang
lucu-lucu. Tapi gairah dan nafsu seperti tidak
pernah padam. Dalam usia kami yang mendekati
40 tahun, kami masih sanggup melakukannya
2-3 kali seminggu, bahkan tidak jarang, lebih dari
satu kali dalam semalam.Nafsu yang didasari
oleh cinta, memang tidak pernah padam. Aku
sangat mencintai dia, begitupun yang kurasakan
dari dia.


Adult | GO HOME | Exit
1/974
U-ON

inc Powered by Xtgem.com